Bab 77
Bab 77 45:2 Tanpa mengatakan apa—apa, Harvey menatap laporan yang ada di tangan Hansen dengan ekspresi dingin.
Tatapan Harvey membuat Hansen merasa sangat tertekan, sehingga dia segera tersenyum dan berkata, “Hasilnya sudah keluar, Pak Harvey jangan khawatir, sudah kubilang Nyonya akan baik- baik saja. Ini hasil pemeriksaannya.”
Baik—baik saja?
Selena mengerutkan alisnya. Jika tumor yang dideritanya masih stadium awal, mungkin tidak dapat terdeteksi oleh CT scan. Namun, dia sudah berada di stadium akhir. Menurut logika, penyakitnya itu sudah pasti
terdeteksi.
Saat Selena merenung, hati Harvey akhirnya menjadi tenang, tetapi wajahnya langsung berubah. menjadi lebih dingin lagi.
Dia menghampiri Selena selangkah demi selangkah, sedangkan Selena memandangi dirinya yang berjalan semakin mendekat itu seperti badai yang dingin.
Selena merasa gelisah dengan tatapannya yang seperti ini, entah apa yang sebenarnya telah dilihatnya.
Selena pernah membayangkan bagaimana ekspresi Harvey jika mengetahui kondisi penyakitnya, tetapi Selena tidak pernah membayangkan Harvey akan marah.
Harvey sudah berada dekat dengan dirinya, lalu menatapnya dari atas. Tatapan matanya menyiratkan kemarahan yang luar biasa. Selena berucap, “Hasilnya...”
Harvey dengan kasarnya melemparkan setumpuk kertas laporan ke tubuh Selena, lalu berkata dengan suaranya yang begitu murka, “Lihat sendiri!”
Selena membaca hasil CT scan yang dengan jelas menyatakan bahwa kondisinya normal. Bahkan laporan tes darahnya menunjukkan sel darah putih dan sel darah merah berada di nilai empat koma sekian.
Dia bisa mengerti bahwa peningkatan sel darah putih disebabkan oleh suntikan sel darah putih
tadi malam, tetapi pasti ada yang salah dengan hasil CT scan ini. Dengan kecanggihan peralatan yang dimiliki rumah sakit swasta ini, sangat tidak mungkin jika penyakit yang diderita olehnya
tidak terdeteksi sama sekali.
Namun, hasilnya memang terpapar di depan matanya. Selena pun merasa aneh ketika Harvey tiba +15 BONUS
-tiba membungkuk dan menopangkan tangan di sisi tubuhnya.
“Selena, aku memang sudah meremehkanmu.”
Saat mendongak, Selena melihat tatapan mata Harvey yang penuh dengan kesan merendahkan. ” Kali ini, sandiwaramu cukup bagus, aku bahkan hampir tertipu olehmu,” ujar Harvey.
“Kamu pikir aku berpura—pura sakit?” Selena akhirnya mengerti apa yang dimaksud Harvey. Harvey pun tertawa dingin dan berkata, “Kamu kira dengan melakukan hal ini, bisa mengubah keadaan?”
Selena hanya merasa ini sungguh konyol. Jelas—jelas Harveylah yang menyakiti dirinya, tetapi
pada akhirnya, Selena masih harus menyalahkan dirinya sendiri.
Selena menarik napas dalam—dalam, dia tidak ingin berdebat dengan Harvey.
Bagi orang—orang yang percaya kepadamu, tanpa perlu dijelaskan pun, dia akan mencoba mencari alasan untuk percaya kepadamu. Sedangkan orang-orang yang tidak percaya padamu, bahkan bernapas saja dianggap bersalah.
Ya, dulu Selana selalu terus mengganggunya dan mencari berbagai alasan agar tidak bercerai dengannya.
Namun, ketidakrelaan itu sudah lama terkikis habis oleh waktu. Sejak menandatangani surat perceraiannya, Selena sudah siap untuk melepaskan hubungan ini.
Sekarang ucapan Harvey malah menjadi tuduhan palsu baginya.
Dulunya Selena masih akan memberi penjelasan, sekarang dia hanya diam—diam menatap dan mengiakannya, “Ya, aku belum merelakan status sebagai istrimu, aku hanya berpura—pura sakit, aku juga memanfaatkan Kak Lewis untuk membuatmu marah. Bahkan skenario melompat dari gedung juga sudah kurencanakan dari awal, aku memang orang yang licik. Tuan Harvey, sekarang kamu sudah melihat dengan jelas?”Text © 2024 NôvelDrama.Org.
Setelah Selena mengakui apa yang telah dilakukannya, Harvey pun malah sedikit tercengang.
Harvey menatap wajahnya yang pucat itu beberapa saat, lalu berkata dengan dingin, “Kenapa sekarang kamu bisa menjadi seperti ini?”
Mendengar kata-kata ini, tubuh Selena terasa mendidih, amarahnya pun membumbung tinggi. Tangan yang memegang sendok itu menarik sprei dengan erat, seluruh tubuhnya menegang seperti busur yang ditarik.
“Memangnya aku bisa menjadi seperti sekarang ini bukan karena dirimu?”