Menantu Dewa Obat

Chapter 41



Chapter 41

Bab 41 Brad terlihat begitu ketakutan. Dia berlari dan menampar istrinya dua kali dan menggeram, “Tutup mulutmu, jalang!” Nyonya Mont yang dipukuli langsung menutupi wajahnya: “Kau … mengapa kau memukulku …” Brad Mont meraung: “Mengapa aku memukulmu? Aku bahkan ingin membunuhmu. Jika bukan karena kau, apakah putraku akan seperti ini?” Nyonya Mont berkata dengan cemas: “Apa … apa yang telah aku lakukan? Dia yang telah menunda untuk mengobati putra kita, apa hubungannya dengan aku…” “Jika bukan karena rasa tidak hormatmu pada Tuan Lee, putra kita sudah sembuh dari kapan – kapan. Mana mungkin sampai seperti ini?” Brad berkata dengan marah, “Kau yang mengusir tuan Lee waktu itu kan?” “Ini …” Nyonya Mont menjawab dengan terbata – bala: “Dia hanya seorang pelugas pembersih …” Brad: “Memangnya kenapa dengan petugas pembersih? Dia telah membantu putraku melewati masa kritis. Dia adalah dokter yang jenius.” “Sedangkan dokter jenius yang kau undang dari ibukota malah tidak bisa menyembuhkan putra kita!” Nyonya Mont menundukkan kepalanya dan berkata dengan enggan, “Ini juga merupakan kehormatan baginya dapat merawat putra kita. Jika dia dapat menyembuhkan putraku, aku akan memberinya sepuluh juta dolar saja, itu juga sudah lebih dari cukup!” NôvelD(ram)a.ôrg owns this content.

Brad marah sampai hampir muntah darah, Reva adalah saudara Austin. Apakah dia akan kekurangan uang? Reva mencibir: “Nyonya Mont, karena kau sangat kaya, tolong kau cari orang yang lebih hebat saja!” Nyonya Mont tampak panik, mau cari orang hebat dimana di saat ini? “Lalu … berapa banyak yang kau inginkan?”

“Berapapun tidak perlu, selamat tinggal!” Reva berbalik dan pergi. Melihat itu Brad sudah hampir menangis. Dia buru – buru menghentikan Reva: “Tuan Lee, aku minta maaf, aku minta maaf atas namanya. Jangan masukkan kata-katanya kedalam hati. Aku mohon, tolong selamatkan putraku…” “Gawatt, tuan muda Mont mulai muntah darah lagi…” Sebuah seruan datang dari bangsal. Wajah nyonya Mont tampak pucat dan dia berkata dengan mendesak: “Tolong, cepat … cepat tolong putraku…” Tidak ada yang mempedulikannya. Bahkan para dokter disana juga tidak berani mendekati bangsal. Muka Brad memerah, dia tiba – tiba berbalik dan menampar wajah istrinya: “kau cepat berlutut!” Nyonya Mont yang dipukul itu menyadari kesalahannya. Dia berlutut di lantai dan memohon kepada Reva: “Tuan Lee, tolong selamatkan putraku. Semua ini salahku. Tolong maafkan aku. Aku.. aku tidak berani….” Reva meliriknya dengan dingin: “Sudahlah, aku akan mengobatinya hari ini karena direktur Mont!” i Reva berjalan ke bangsal lalu mengambil beberapa jarum perak di sebelahnya dan menusukkannya ke luan muda Mont. Kondisi tuan muda Mont langsung stabil, pernapasannya stabil dan tanda-tanda vitalnya kembali normal. Dokter Akio yang menyaksikan dari samping tampak sangat terkejut. Dia tadi telah mendengar dari Brad tentang hal-hal sebelumnya. Dia baru tahu bahwa Reva dipermalukan dan diusir oleh orang-orang di sini sebelumnya. Ketidaksenangannya terhadap Reva pun sirna. “Tuan Lee benar-benar seorang dokter yang jenius. Teknik akupunktur ini telah membuka mata orang tua ini. Benar – benar menakjubkan!” Dokter Akio berkata denga tulus dan terlihat sangat bijaksana. Reva: “Dokter Akio jangan sungkan!” Selanjutnya operasi tuan muda Mont ditangani langsung oleh dokter Akio dan akhirnya semua dapat

diselesaikan dengan cepat. Brad Mont mengucapkan terima kasih kepada Reva. Dia mengeluarkan sebuah kartu dan menyerahkannya kepada Reva. “Tuan Lee, ini adalah kartu VVIP terbaik dari semua perusahaan Mont.” “Dengan kartu ini, semua konsumsi perusahaan atas nama Mont digratiskan. Tuan Lee, kau terimalah ini sebagai balas jasaku!” Reva terus menerus menghindar sehingga akhirnya Brad memberikan kartu itu ke tangan Reva dengan paksa. Ronny dan Alan melihatnya dengan kagum. Mereka juga pernah mendengar tentang kartu VVIP ini. Di seluruh provinsi Yama ini Brad hanya mengeluarkan dua buah kartu VVIP seperti ini. Salah satunya diberikan kepada Austin dan yang lainnya diberikan kepada seorang petinggi di ibukota provinsi ini. Sekarang malah dibuatkan lagi kartu ketiga yang sengaja hanya diberikan kepada Reva. Alan berkata dengan tidak percaya,”Direktur Mont, Reva hanya melakukan apa yang seharusnya dia lakukan saja, untuk apa kau begitu sungkan terhadapnya?”

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.