Menantu Pahlawan Negara

Bab 68



Bab 68 Ayah Datang Meminta Maaf 

Baron Remax adalah ayahnya Peter, pemimpin generasi kedua Keluarga Remax. 

Berengsek, beraninya kamu menghina ayahku!” 

Mendengar Ardika menyebut nama ayahnya, Peter langsung menoleh ke arah Ardika. 

Desi 

pun emosi. “Ardíka, apa maksudmu? Nggak berani minum? Luna itu junior, bagaimana mungkin Pak Baron nggak berani menerima anggur darinya!” 

Melihat Desi mengasarinya lagi, Ardika menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya. 

“Bu, aku salah.” 

Kalau bukan demi membiarkan Desi menyelesaikan peşta dengan gembira, dia akan meminta 

Baron datang meminta maaf sekarang juga. 

Pecundang!” 

Melihat Ardika menyerah begitu saja, Peter pun mendengus dingin. 

Dia tidak berbasa–basi dengan Ardika dan lanjut menyanjung Desi. 

Dia bisa melihat bahwa Desi–lah yang membuat keputusan dalam keluarga ini, Jacky sama sekali 

tidak bersuara. 

Selama Desi mengakuinya sebagai menantu, Luna dan Ardika pasti akan bercerai! 

Dia akan segera memiliki istri cantik. 

Meskipun Luna tidak bersedia, dia tetap harus menuruti keinginan ibunya. 

Dibandingkan dengan menyawer gadisgadis matre, dia merasa jauh lebih bangga. 

Tanpa sadar, pesta pindah rumah telah berakhir dan para tamu pun menghampiri Desi untuk 

berpamitan. 

“Desi, hebat kamu. Dengardengar, harga satu meja di Hall Utopia mencapai empat puluh juta. Keluargamu sudah makmur!” 

“Haha, semua itu berkat Peter. Kalau bukan karena dia, keluarga kami mana punya uang untuk mengadakan pesta di sini.” 

Desi yang dipuji pun mengucapkan selamat tinggal kepada para tamu sambil tersenyum cerah. 

Meskipun terjadi insiden kecil di pesta pindah rumah ini, pesta berakhir dengan menyenangkan. 

Dulu, dia hanya mendapatkan giliran untuk menghadiri pesta pindah rumah, pesta ulang tahun NôvelDrama.Org owns © this.

13 

dan lain sebagamya, tetapi kali ini dialali yang mengadakan pesta. 

Selain itu, dia hanya perlu menghabiskan biaya 10 juta per meja untuk mengadakan jamuan makan di Hall Utopia yang bernilai 40 juta per meja. Peata ini sangat mengangkat harga dirinya 

Dia makin menyukai Peter dan tidak sabar untuk bertemu dengan Baron. 

Kelak, mereka mungkin akan menjadi besan. 

Tepat ketika hampir semua tamu sudah pulang, Baron datang. Dia langsung bergegas ke Hall Utopia 

“Ayah, ini Paman Jacky dan ini Bibi Desi. Paman, Bibi, ini ayahku. Oh ya, ini Luna,” 

Peter memperkenalkan satu per satu orang, kecuali Ardika. 

Baron tidak peduli, dia hanya menatap Desi. 

Kemarin, dia menerima telepon dari Jesika, asisten direktur Grup Sentosa Jaya yang ingin 

meminta bantuannya untuk memesan Hall Utopia di Hotel Puritama. Kabarnya, untuk diadakan pesta pindah rumah. 

Ketika Baron mendengar ada tokoh penting yang ingin memesan Hall Utopia, dia langsung 

mengiakan. 

Kemudian, dia menyerahkan masalah ini pada Yono. 

Namun, hari ini dia malah mendapatkan kabar bahwa masalah ini tidak berjalan lancar. 

Bisa–bisanya putranya sendiri yang meminta Yono membuang Desi ke jalanan, lalu berpura–pura memecat Yono agar disukai orang. Tujuan utama putranya adalah untuk mendapatkan hati Luna. 

Dia sontak ketakutan. 

Dia tidak tahu apa hubungan tokoh terkemuka itu dengan keluarganya Luna, tetapi dia tahu tindakan putranya akan menimbulkan masalah besar! 

Oleh karena itu, dia berinisiatif untuk meminta maaf. 

Namun, Jesika menyuruhnya datang setelah pesta berakhir, 

“Bu Desi, maaf Putraku yang nggak berguna ini melakukan kesalahan ….” 

Baron segera membungkuk untuk meminta maaf pada Desi 

“Huh, Pak Baron, kamu nggak perlu meminta maaf padaku. Masalah ini nggak ada hubungannya 

dengan Peter, orang lain juga pasti takut.” 

Desi mengira Baron datang untuk meminta maaf soal Jinto, jadi dia segera memapah Baron dan 

menatap Luna yang termenung di sampingnya. 

Tuna kenapa kamu nggak menyulang Paman Baron? Kita itu keluarga, nggak perlu meminta 

maal‘ 

Luna hanya berdiri diam, dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyulang Baron 

Untuk apa dia menyulang Baron? Dia tidak punya hubungan apa pun dengan Keluarga Remax. 

Namun dia mengetahui sifat ibunya. 

Ketika dia ragu–ragu, Ardika berbisik padanya, “Bagaimana kalau kamu mencoba bersulang dengannya, kujamin dia nggak akan berani minum.” 

“Benarkah? 

Luna mengangkat gelasnya dengan penasaran sambil berkata, Paman Baron, mari bersulang.” 

Tiba–tiba, ekspresi Baron berubah drastis! 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.