Bab 1161
Bab 1161
Bab 1161 Liburan
Perbannya sudah dilepaskan, dan mereka mulai memberikan disinfektan pada lukanya. Raisa menunduk dan menggenggam tangannya untuk membantunya teralih dari rasa sakitnya. Têxt © NôvelDrama.Org.
Rendra menggenggam tangannya. Dia bahkan mencoba sekuat tenaga untuk mengaduh kesakitan karena lukanya.
Para perawat itu pergi setelah mengganti perban lukanya. Saka berkata, “Nona Raisa, saya ingin minta tolong pada Anda untuk membersihkan tubuh bagian atasnya.”
Wajah Raisa memerah, namun dia mengangguk setuju. “Baik. Saya akan langsung melakukannya
setelah ini.”
Rendra menatap ke arah Saka. Hei, saya sedang terluka sekarang. Saya tidak mau ereksi ketika sedang terluka begini.
Meski begitu, dia tetap menunggu momen di mana wanita itu akan membersihkan tubuhnya.
Raisa pergi menyiapkan benda–benda yang diperlukan untuk membersihkan tubuh Rendra. Dia ingin memberikan pelayanan terbaik untuk pria itu.
Dia kembali dengan membawa sebaskom air dan sebuah handuk, lalu mulai mengusap tubuhnya secara merata. Wanita itu terlihat sangat serius, dan dia bahkan tidak memikirkan apapun tentang pria itu. Matanya terlihat bersinar dengan cahaya yang suci.
Rendra mengamati Raisa, dan matanya berbinar. Dia melihat matanya yang berkilau, hidung mancungnya, dan akhirnya, bibir merahnya.
Dia merasa tenggorokannya kering, dan dia menelan ludah. “Tolong selanjutnya leher saya,”
ucapnya parau.
Raisa segera mengusap lehernya. Dia hanya berjarak satu inci darinya. Sebuah senyuman. terbentuk di bibir Rendra saat dia mengangkat dagunya dan memajukan wajahnya. Dia lalu menekan bibirnya pada bibir wanita itu.
Raisa sejenak menahan nafasnya, namun dia tidak mundur ataupun menolak ciuman itu. Rendra menggerakkan tangannya ke belakang kepala wanita itu, lalu memegang lehernya, menariknya lebih dekat untuk ciuman yang lebih dalam.
Ciuman itu berlangsung sampai dadanya terasa sesak denyutan nyeri muncul di lukanya. Dia dengan enggan mengakhiri ciuman itu. Namun sebelum bibir mereka berpisah, dia menggigit bibir bawah wanita itu.
Raisa mengerutkan bibirnya dan menatapnya malu–malu. “Fokuslah pada kesembuhanmu. Jangan lakukan hal–hal yang bodoh untuk sekarang.”
Rendra memicingkan matanya. “Apa maksudmu dengan ‘hal–hal bodoh? Ingin menjelaskannya?”
Raisa mengerjapkan matanya ke arah pria itu dan berbalik untuk mengangkat baskom berisi air itu. “Cukup jangan dilakukan.”
Rendra menghela nafas berat. Sial. Saya seharusnya bisa tidur bersamanya hari ini. Jika saya berhasil menangkap para baj ngan itu, saya akan membunuh mereka semua!
Saka kembali datang memeriksa keadaannya. Dia menyadari kenaikan detak jantung Rendra, tapi itu mungkin karena Raisa melakukan kontak fisik dengannya, jadi dia tidak memeriksanya.
Emir mencarikan kamar untuk Raisa agar dia lebih mudah mengurus Rendra saat masa pemulihannya.
Beberapa saat kemudian, seorang tamu penting mendatangi kamar rawat itu dan mengobrol bersama Rendra selama setengah jam. Dia bahkan orang yang lebih penting daripada Rendra, dan Rendra sangat menghormatinya.
Satu–satunya hal baik yang diakibatkan oleh kejadian ini adalah dirinya yang diberikan masa pemulihan selama sebulan sebelum pemilihan umum.
“Istirahatlah. Saya akan mengurus semuanya. Kamu sudah bekerja keras.” Pria berusia lima puluh tahunan itu membuat orang–orang merasa kalau dirinya adalah seorang keturunan ningrat atau anggota kerajaan. Matanya disinari oleh kebijaksanaan dan kecerdasan.
“Keponakanmu sudah mengambil alih penyelidikan. Saya yakin dia akan menemukan para pembunuh yang menyerangmu. Kami tidak akan melepaskannya, dan saya akan menghapus sistem kebusukan apapun. Mereka akan membayar semuanya.”
Rendra mengangguk. “Baiklah. Semoga beruntung, Pak.”
Pria itu bangkit dan menepuk bahunya, lalu dia pun pergi. Kedelapan penjaganya membentuk dinding manusia untuknya dan mengawalnya pergi.
Emir lalu masuk dan terlihat sangat antusias. “Kita mendapatkan libur, Pak! Libur sebulan penuh! Oh Ya Tuhan, saya sudah hampir lupa rasanya kebebasan.”
Emir menarik nafas dalam–dalam. Bahkan aroma disinfektan sudah seperti sebuah kebebasan sekarang.
Rendra juga merasa senang. Dia memang membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Setelah dia mengungkapkan perasaannya pada Raisa, dia tidak pernah punya waktu untuk bisa bersamanya, karena pekerjaan selalu mendatangi dirinya. Dan sekarang saya bisa menghabiskan waktu sebulan penuh bersamanya.