Bab 195
Bab 195
Bab 195
Elan bahkan tidak memiliki kesempatan untuk bercaksi saat Tasya menggandengnya dan menariknya dengan paksa. “Ayah, semuanya, silakan nikmati makanan kalian. Kami ada hal lain yang perlu kami urus.”
Saat Elan ditarik keluar dari aula, tiba–tiba dia menyadari bahwa Tasya tampak khawatir jika dia akan mabuk. Karena itulah dia menyeretnya pergi, bahkan membantunya meminum anggur tadi.
‘Dia benar–benar peduli padaku.’ ucapnya dalam hati.
Akhirnya, mereka sampai di lift lantai tiga. Roy yang baru saja bersiap untuk makan melihat bosnya akan pergi. Dengan cepat dia menelan makanannya dan berdiri.
“Pak Elan, apa kita akan pergi sekarang?”
“Dia terus–menerus diajak bersulang, jadi aku khawatir akan ada masalah dengan lambungnya. Roy, bagaimana kalau kamu membawanya pulang dulu?” tanya Tasya pada Roy.
Mendengar hal itu, Elan langsung melirik ke arah Roy dan mengisyaratkan dengan jelas apa yang diinginkannya.
Roy sengaja melihat jam tangannya dan menjawab, “Maaf, Nona Tasya, tapi saya tidak bisa
gantar Pak Elan pulang. Ayah saya baru saja dirawat di rumah sakit.”
Tasya terkejut, “Apa? Kalau begitu, cepat ke sana!”
“Iya, saya akan pergi ke rumah sakit sekarang juga.”
Saat tiba di lantai dasar, ketiganya keluar dari lift, dan Roy langsung memanggil taksi dan pergi dengan tergesa–gesa.
Kemudian, Tasya berkata kepada Elan, “Di mana mobilnya?”
Tiba–tiba, pengawal Elan datang mengemudikan mobil. Tasya pun membukakan pintu dan berkata, “Masuk ke mobil dan pulanglah.”
“Temani aku,” Elan memegang tangannya dan mencegahnya pergi.
Tasya melihat jam tangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.40 dan dia harus menjemput anaknya. Akhirnya Tasya mengangguk dan berkata, “Baiklah.”
Mereka masuk ke dalam mobil dan sedan hitam itu perlahan pergi.
Di aula pesta, tampak Elsa yang kecewa dan tidak nafsu makan. Betapapun mewahnya dia berpakaian dan indahnya riasan di wajahnya, semua itu tidak berarti apa–apa karena kepergian Elan telah merenggut hati dan jiwanya.
Romi yang duduk di sisi lain pun tampak sedih Jelas sekali Tasya mencari–cari alasan hanya untuk inembantu Elan ininum. Sepertinya dan sangat peduli dengan pria itu.
Sementara, di dalam mobil, udara terasa sedikit pengap dengan aroma alkohol yang menyeruak di udara, Elan melepas jasnya, mclonggarkan dasinya dan membuka tiga kancing teratas kemejanya untuk menghilangkan lawa panas.
Tasya melirik ke arahnya. Kemejanya yang dirancang tanpa cela itu menonjolkan lengannya yang kekar dan memperlihatkan garis–garis tajam tulang sclangkanya. Dia terlihat sedikit nakal jika dipadukan dengan tatapannya yang karismatik
“Sebaiknya Anda pulang saja. Saya bisa naik taksi untuk menjemput Jodi nanti,” gumam Tasya padanya.
Setelah mendengar itu, Elan menyipiikan matanya dan bertanya, “Apa kamu tidak mau menjagaku?”
Tasya terdiam lalu menatapnya. “Apa Anda sedang tidak baik–baik saja? Kenapa Anda ingin saya menjaga Anda?”
“Siapa bilang aku baik–baik saja? Aku sedikit mabuk dan merasa tidak enak badan sekarang gumam Elan sambil berpura–pura lemah.
Sejujurnya, dia memang merasa sedikit mual karena banyak alkohol masuk ke dalam perutnya,
Mendengar hal itu, Tasya langsung berbalik dan bertanya, “Kenapa Anda merasa tidak enak badan?”
‘Aku minum saat perutku kosong. Tentu saja itu sangat buruk. Apa kamu masih punya obat perut di rumahmu? Aku akan kesana untuk mengambil beberapa butir.” Kemudian, Elan memberi tahu pengawalnya alamat Tasya.
Tasya hanya bisa berkata sambil menghela nafas, “Obat perut ini bisa dibeli di mana saja, kenapa Anda harus datang ke rumah saya? Bukankah Anda juga punya obat itu di rumah?”
“Aku ingin kamu menjagaku.” ucap Elan, kemudian bersandar dan menutup matanya sambil mengerutkan alis dalam–dalam seperti sedang menahan sesuatu. C0pyright © 2024 Nôv)(elDrama.Org.
Melihat ekspresinya Elan, Tasya langsung mencondongkan tubuh ke arahnya dan bertanya dengan nada khawatir, “Apa Anda baik–baik saja?”
“Perutku keronconscan lagi,” kata pria itu sambil masih memejamkan mata,
Saat ini, pengawal Elan sedang mengemudikan mobil ke arah rumah Tasya, dan kemungkinan
mereka akan sampai beberapa menit lagi. Namun, melihat Elan yang tampaknya tidak mengada ada, Tasya Despuikir untuk incmbawanya sebentar di rumahnya untuk beristirahat
Di bawah cahaya lampi, chia bisa melihat lapisan tipis keringat pelipis pria itu Tampaknya rasa saku benar benar menyerangny. Tanya pun berkata dengan lembut. Kalau betavo ke
Previous Chapter
Next Chapter