Ruang Untukmu

Bab 254



Bab 254

Ruang Untukmu Bab 254

Leave a Comment / Ruang Untukmu / By Hmmark This material belongs to NôvelDrama.Org.

Bab 254 "Kakek kenapa, Ma?" "Bukan sesuatu yang serius. Kakek hanya sedang banyak pikiran." "Kalau begitu, tolong bilang pada Kakek

untuk menjaga kesehatannya.

Aku ingin menjenguknya besok."

"Baiklah.

Mama akan mengajakmu menjenguk Kakek besok." Tasya berpikir mungkin saja kedatangan Jodi akan membuat Ayahnya senang.

"Mama, menurutku Om Elan itu orang yang baik.

Bagaimana kalau Mama jadi pacarnya." ujar jodi sambil mengedipkan matanya.

Sekarang Jodi terdengar seperti seorang Kakek-kakek bagi Tasya.

Sementara itu, Tasya senang melihat anaknya yang bersikap seperti orang dewasa.

Dia tertawa dan mengacak-acak rambut Jodi.

"Mama tidak mau punya pacar dulu.

Yang Mama butuhkan cuma kamu." "Tapi bagaimana kalau ada orang lain yang merebut Om Elan?" tanya Jodi khawatir.

"Kalau dia sangat menyukai Mama, tidak akan ada yang bisa merebutnya.

Tapi kalau ada yang bisa merebutnya, berarti dia tidak menyukai Mama," jawab Tasya.

Mendengar ini, Jodi sepertinya bingung.

Dia tidak bisa mengerti maksud dibalik perkataan Mamanya, jadi dia berkata, "Bagaimana kalau Om Elan menyukai Mama dan bukan orang lain? Kalau Mama tidak menikah dengannya, bukankah Om Elan harus menunggu sangat lama? Apa beliau tidak kesepian?" Tasya terdiam mendengar pertanyaan Jodi.

Terkadang, perkataan seorang anak kecil memang menyakitkan.

Dan itu membuatnya bertanya-tanya apakah Elan memang menyukainya atau tidak.

Apakah Elan benar-benar tertarik padanya atau sebenarnya dia hanya ingin membalas budi? Dia tidak bisa tahu dan rasanya Elan melakukan semua yang dia lakukan untuk membalas budi saja.

pintu.

Tasya duduk di tepi tempat tidur dan mengambil napas dalam dalam sambil menatap ponselnya.

Akhirnya, dia memberanikan diri untuk menelepon Elan.

Saat telepon tersambung, pikiran Tasya masih kosong.

Tiba-tiba, sebuah suara berat yang lembut terdengar di ujung telepon.

"Halo." Elan tahu kalau itu adalah telepon dari Tasya, jadi dia berbicara lebih lembut dari pada saat dia sedang di kantor.

Pikiran Tasya masih berkecamuk saat itu.

"Selamat malam, Pak Elan...

Apakah saya membangunkan Anda?" "Sekarang masih belum pukul 9 malam dan aku juga belum tidur."

Tasya hanya memutar matanya, ingin sekali menampar dirinya sendiri.

Dia tidak bisa mengatakan permintaannya pada Elan.

"Hmm...

Saya...

Saya menghubungi Anda untuk meminta bantuan Anda," ujar Tasya terbata-bata.

"Apakah tentang akuisisi perusahaan Ayahmu?"

"lya.

Anda benar.

Ada seseorang yang mengincar perusahaan Ayah dan hari ini orang itu datang ke kantor Ayah saya untuk membicarakannya.

Tapi, tekanan darah Ayah saya naik sangat tinggi dan beliau terkena serangan jantung, jadi saya..." Tasya berbicara sambil mengerucutkan

bibirnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.