Ruang Untukmu

Bab 290



Bab 290

Ruang Untukmu

Bab 290

“A-aku udak mau turun kalau kamu tidak menggendongku,” kata Helen yang gelisah sembari menahan isak tangisnya.

Elan segera melangkah maju untuk menggendong Helen, sedangkan Elsa yang berdiri di samping terus mengarahkan kamera ponselnya ke arah mereka tatkala dia merekam semuanya. Sementara itu, Helen menggantungkan tangannya ke lcher Elan saat dia bersandar dengan erat di bahu Elan.

Pria itu lalu membawa Helen ke tempat tidurnya dan melepaskan dengan paksa cengkeraman Elan di lehernya dan berkata, “Istirahat yang baik. Jangan merasa sedih.”

“Elan, apa kamu memercayaiku? Apa kamu percaya kalau Tasya yang mendorongku ke dalam air?” tanya Helen sambil menangis.

Si wanita menjelaskan dengan panik untuk membuat pria itu memercayainya, “Aku tidak bermaksud menekan kepalanya ke dalam air. Aku benar-benar ketakutan saat itu. Apa yang aku tahu secara naluriah itu adalah aku mau hidup. Aku tidak tahu kalau aku menahannya di dalam air … aku bersumpah aku tidak bermaksud begitu.”

“Istirahatlah terlebih dahulu.”

Mata si pria memancarkan kesuraman. Dia tahu persis siapa yang harus dipercaya. Antara Helen dengan Tasya, Elan hanya memercayai Tasya.

“Apa gunanya hidup kalau kamu tidak memercayaiku?”

Merasa batinnya gelisah, Helen memberontak dan terus mencoba melompat keluar dari jendela. Saat melihat si wanita yang bertindak seperti itu, Elan tidak punya pilihan selain menahan wanita itu sambil menghela napas, “Sudah cukup. Kamu hanya terkejut saja.”

Setelah mengatakan itu, pria itu menengok ke arah Dani yang bertanggung jawab mengurusi urusan Helen selama ini. Elan lalu berkata, “Dani, tetap di sini dan jaga Nona Helen. Kalian semua bisa pergi.”

“Mengerti, Pak Elan,” jawab Dani sembari mengangguk.

“Elan, jangan pergi. Elan…”

Meskipun Helen mencoba membuat Elan tetap berada di sisinya, tetapi pria itu pergi tanpa ragu sedikit pun. Di sisi lain, Elsa merasakan tatapan tajam yang diarahkan kepadanya begitu dia keluar dari pintu yang ternyata tatapan itu milik Elan. Si pria memancarkan aura yang kuat seolah-olah dia itu sang iblis sendiri.

“Elsa,” kata Elan memulai.

WAWALA WWWLAW THAT

.

.:

.–

.

-.

Pria itu memperingatkan, “Aku tidak akan membiarkanmu lolos kalau kamu mencoba memulai sesuatu lagi.”

Peringatan singkat itu langsung membuat wajah Elsa memucat tatkala hatinya bergetar karena ketakutan. Namun, ketakutan itu berubah menjadi kebencian tepat setelah Elan pergi. Wanita itu

! –

benci betapa tidak adilnya Elan dengan memperlakukan Tasya layaknya harta karun, tetapi dirinya malah diperingatkan dengan keji begitu walaupun baik dia maupun Tasya sama-sama wanita.

Hana sedang berada di ruang perjamuan saat wanita tua itu mendengar laporan mengejutkan tentang bagaimana Helen dan Tasya hampir terluka dalam sebuah kecelakaan, sedangkan Frans dan Pingkan baru mengetahuinya setelah Elsa kembali. Saat itu, Frans baru saja mau pergi menemui Tasya, tetapi dia dihentikan oleh sang istri sebelum dia menemui anaknya, Tasya.

“Jangan pergi, Frans. Tasya seharusnya sedang beristirahat. Aku yakin Keluarga Prapanca yang menjaganya!”

“Aku sependapat dengan Ibu! Kenapa Ayah mau pergi menemui Tasya? Tasya baik-baik saja!” seru Elsa yang tidak mau Frans melihat Tasya saat dia sedang sangat lemah agar ayahnya tidak terlalu khawatir. Text © by N0ve/lDrama.Org.

Sementara itu, Tasya sudah tertidur dan di depan ranjangnya, Elan terus menemani wanita itu tanpa meninggalkannya sama sekali. Si wanita akhirnya bisa tertidur nyenyak mala mini karena Jodi akan dibawa kembali ke rumah Nando.

Di sebuah vila di pusat kota, Alanna baru saja kembali dari luar. Wanita itu membuka pintunya dan berbalik ke arah seorang pria paruh baya yang sudah menunggunya di sofa.

“Ayah,” sapa si wanita dengan hormat.

Pria ini tidak lain adalah paman Elan, Rully Prapanca. Rully menatap si wanita dengan serius dan memintanya memberi tahu, “Aku harap Elan belum menemukan identitasmu!”

Si wanita menggelengkan kepalanya menaggapi sang ayah, “Dia belum menemukan identitasku, tetapi aku juga belum berhasil menarik perhatiannya.”

“Ada apa? Bukannya kamu mengambil kesempatan untuk mendekati Elan?” tanya si pria sembari menatap anaknya dengan tajam.

“Sesuatu telah terjadi malam ini. Ada wanita lain yang ada di benak Elan. Namun, di pikiran Elan. Namun, aku sudah menggunakan identias sebagai anak haramnya Lukas. Dia tidak meragukan identitasku itu. Aku akan berkesempatan mendekaunya ke depannya,” kata Alanna dengan tenang kepada sang ayah.

“Beri tahu aku apa yang terjadi malam ini,” kata Rully dengan mata yang berbinar-binar karena ambisi.

Kali ini, dia kembali demi mengambil kembali Grup Prapanca dengan segala cara. Di saat yang sama, pria itu membesarkan seorang putri asuh dan mengirimnya kepada Lukas yang merupakan teman dekat ayahnya Elan yang sudah meninggal ketika ayahnya Elan masih hidup dan Lukas sendiri selalu menaruh hormat kepada Rully. Misi Alanna saat ini adalah mendekati Elan, memenangkan hati pria itu, dan akhirnya menikah dengannya. Lalu, wanita itu akan menjadi senjata pamungkas Rully dalam mendapatkan segala property yang diambil darinya.

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.