Bab 305
Bab 305
Ruang Untukmu
5 mutiara
Bab 305
Tasya mulai menyalahkan dirinya sendiri saat itu dan berujar, “Ini salah saya karena mengabaikan kesehatan Ayah. Pak Romi, Anda harus langsung memberi tahu saya kalau terjadi sesuatu pada ayah saya.”
“Pak Frans tidak membiarkan saya memberi tahu Anda karena ia tidak mau Anda merasa khawatir.”
Mata Romi berkilat penuh harapan saat dia mengatakan, “Nona Tasya, mohon bersiaplah untuk mengambil alih perusahaan dalam 2 tahun ini!”
Wanita itu seketika dibanting dengan tekanan luar biasa setelah mendengar perkataan Romi. Mengambil alih dan mengelola perusahaan ayahnya itu sesuatu yang jauh dari kemampuannya. Tatapan penuh gairah Romi terus tertuju kepada si wanita saat dia mengatakan, “Namun, saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda.” NôvelDrama.Org holds this content.
Kemudian, si pria melanjutkan dengan memberi tahu Tasya tentang agenda beberapa acara perusahaan dan wanita itu memastikan dirinya mendengarkan setiap perkataan Romi. Ada banyak hal yang tidak dia pahami, tetapi pria itu menjelaskan semuanya kepada dirinya dengan
sabar dan dia sendiri mencoba mencoba memahami semuanya dengan pikiran terbuka.
Setelah makan malam, Romi berjalan di sebelah Tasya saat mereka meninggalkan tempat itu. Wanita itu terburu-buru pulang kepada putra dan ayahnya. Pada saat ini, nada dering ponselnya mulai berbunyi. Dia bisa merasakan jantungnya berdetak kencang saat dia melihat kalau Elan meneleponnya.
“Halo Pak Elan. Ada apa?”tanya Tasya dengan suara tenang.
Wanita itu tidak menjawabnya dan malah melemparkan pertanyaan tiba-tiba kepadanya, “Kamu ada di mana?”
“Saya di-”
“Hati-hati, Tasya.”
Romi uba-uba memanggil wanita itu tatkala dirinya melingkarkan lengannya di bahu Tasya untuk menjauhkannya dari mobil yang berbelok, mindahkannya dari mobil yang meliuk.
Wanita itu berbalik menatap Romi dengan tatapan penuh syukur, tetapi suara dari ponselnya segera kembali terdengar, “Siapa yang berbicara di sebelahmu?”
Mengingat si wanita mau memperhatikan sekelilingnya saat dia berjalan di jalan, dia buru-buru menjawab, “Saya tutup teleponnya terlebih dahulu ya, Pak Elan. Saya akan pulang sekarang.”
Ada sedikit kecemburuan terpancar dari mata Romi saat dia berjalan bersama Tasya. Bahkan, pria itu sengaja membuat dirinya dikenal Elan dengan berbicara selama panggilan berlangsung. Si pria mau menyabotase hubungan di antara Tasya dengan Elan.
Pada saat yang sama, ada seorang pria tampan berdiri di koridor di luar ruang makan pribadi sebuah restoran kelas atas. Pria itu menampakkan raut muka suram tatkala dia menatap ponselnya.
‘Tasya pasti sedang berkencan dengan seorang pria,’ pikirnya dengan kecewa.
Kemudian, Elan kembali ke ruang makan dan meminta maaf kepada sepasang ayah dan anak itu, “Pak Lukas, Nona Alanna, saya khawatir saya harus pergi sckarang untuk menghadapi keadaan darurat. Mari kita makan bersama lain kali.”
“Elan, apa kamu tidak bisa tinggal lebih lama lagi?” tanya Lukas menatapnya dengan rasa bersalah.
“Tidak, Pak Lukas. Kita akan berbicara lain kali.”
Setelah mengatakan itu, Elan mengambil jas yang telah dia lepas, memberi mereka anggukan sopan, dan akhirnya pergi. Alanna mengenakan gaun malam berwarna perak yang seksi, tetapi wanita itu memperhatikan kalau Elan hanya melihatnya beberapa kali sepanjang makan malam mereka walaupun dia terlihat cantik dan berkelas.
Si wanita tidak percaya kalau hanya ini yang dia terima dari Elan bahkan dengan tingkat pesonanya.
“Apa mungkin pria itu sudah bisa melihat penyamaranku?” tanya si wanita yang tiba-tiba berbalik melihat Lukas. “Jangan bilang Anda mengkhianati Pak Rully, Pak Lukas?”
Lukas yang terkejut segera menggeleng dan berbicara dengan tergagap, “Bagaimana bisa aku berani mengkhianatinya ketika nyawa putraku ada di tangannya?”
Alanna tentunya tahu kalau Lukas berada di bawah kendali Rully. Lukas punya seorang putra yang membunuh seseorang di luar negeri dan rekaman CCTV tentang kejahatan itu entah bagaimana sampai ke tangan Rully. Tidak mungkin Lukas berani mengkhianati Rully. Wanita itu lalu mengangkat gelasnya dan berkata sambil tersenyum, “Mulai sekarang, saya membutuhkan Anda menjadi makcomblang, Pak Lukas.”
“Itu tidak ada hubungannya denganku entah kalian berhasil mengalahkan Elan dan Grup Prapanca atau tidak. Aku tidak mau terlibat dalam perkelahian dengan Keluarga Prapanca. Aku hanya mau putraku kembali kepadaku dengan selamat.”
Gelas di tangan Lukas bergetar tatkala dia berbicara. Pria itu sekarang berada dalam situasi sulit di antara dua kubu berlawanan dan dia bukanlah orang yang menentukan apa dia akan tetap berpihak
kepada Alanna dan Rully atau kehilangan putranya.
Lukas tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada Keluarga Prapanca, tetapi nyawa putranya pada akhirnya adalah yang terpenting baginya. Sementara itu, Alanna segera menekan tombol di ponselnya dan dia menekannya ke telinganya sambil bertanya, “Apa kalian membuntutinya?”
“Nona Alanna, kami tepat di belakang.”
Wanita itu mau tak mau bertanya-tanya apa yang membuat Elan tiba-tiba memutuskan untuk pergi. Tasya sedang duduk di mobil Romi sekarang saat pria itu mengantarnya pulang. Apa yang tidak dia sadari adalah ada mobil yang menuju ke arah yang sama dengannya.
Elan berada di kursi belakang mobilnya saat dia mengendurkan dasinya dengan kesal dan membentak Roy yang mengemudikan mobil, “Jalankan mobilnya lebih cepat!”
Roy menginjak gasnya dengan patuh dan pria itu mulai merasa khawatir apa terjadi sesuatu kepada Tasya. Asisten Elan itu menghentikan mobilnya di ujung jalan di area perumahannya,
is duduk di dalam mobil dengan raut muka tidak terbaca terpampang di wajahnya. Dia sepertinya sedang menunggu sesuatu terjadi. Mobil Romi akhirnya tiba di tempat yang sama setelah beberapa menit. Dia bahkan keluar dari mobil untuk membukakan pintu mobil untuk Tasya yang pada gilirannya memberinya senyuman terima kasih sambil berkata, “Terima kasih, Pak Romi.”
Next Chapter