Bad 1116
Bad 1116
Bab 1116 Apakah Kamu Merasakan Cinta Saya?
Saat dia mencium aroma buku, Raisa berdiri di depan pintu dan menarik napas dalam–dalam sebelum melangkah maju.
Di depan jendela setinggi langit–langit, Rendra sedang melihat pemandangan di luar jendela dengan satu tangan di saku celananya, dan sepertinya dia telah menunggu kedatangan Raisa.
Ketika dia mendengar langkah kaki di belakangnya, Rendra menoleh dan mengingatkannya dengan suara yang rendah, “Tutup pintunya.”
Raisa pun berbalik dan melakukan seperti yang diperintahkan, tapi suasana hatinya sudah berubah. Perasaannya tidak lagi manis tetapi sudah dipenuhi dengan beban dan kesedihan.
Rendra memperhatikan bahwa wajah kecilnya yang halus telah berubah menjadi pucat, jadi dia sedikit menyipitkan matanya dan melangkah maju, lalu bertanya, “Ada apa? Apakah seseorang sudah membuatmu kesal?”
Ketika lengannya akan memeluk gadis itu secara alami, Raisa menarik napas dalam–dalam dan menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya untuk menghindari sentuhan Rendra.
“Apakah kamu sudah mempunyai tunangan yang telah ditentukan? Kenapa kamu tidak memberitahukan tentang dia?” Raisa mengangkat kepalanya dan bertanya. Pada saat yang sama, air mata sudah menggenang di matanya.
Rendra merasakan tarikan tajam di dalam sanubarinya saat dia menatap mata Raisa yang tampak berkabut. Ketika melihat ekspresi sedihnya, pria itu merentangkan lengan panjangnya lagi untuk memeluknya.
Sebagai tanggapan, Raisa mundur ke belakang, tetapi Rendra segera melangkah ke arahnya dan meraih bahunya sebelum menariknya ke pelukan. Kemudian dia menekan kepala Raisa ke dalam dadanya sekali lagi.
“Siapa yang telah mengatakannya padamu?” Rendra bertanya dengan suara yang rendah. Apakah ibunya pernah menyebutkannya?
Raisa pun meronta dalam pelukannya dan mendengus marah, “Tidak ada yang mengatakannya kepada saya. Nona Sonia sudah berada di bawah.”
Rendra pun tertegun selama beberapa detik. Dia tak menyangka kalau ibunya akan mengundang Sonia ke acara makan malam keluarga mereka.
“Dia hanya teman kencan buta yang diperkenalkan oleh ibu kepada saya, tapi saya tidak pernah berjanji untuk menjadikannya istri saya,” Rendra menjelaskan dengan suara yang serak dan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menjelaskan maksudnya kepada orang tuanya hari itu. Karenanya, Raisa yang harus menderita.
“Apakah benar begitu?” Raisa mengangkat kepalanya dan menyeka air matanya dengan lucu seolah berusaha untuk melihat versi yang lebih jelas dari ekspresi pria itu.
Rendra menghela napas dengan ringan dan mengulurkan tangan untuk menyeka air matanya. “Jika saya begitu mudah jatuh cinta dengan orang lain, lalu kenapa saya harus menunggumu
beranjak dewasa?”
Saat itu wajah Raisa sudah memerah lagi, dan jantungnya pun berdebar dengan kencang.
Apakah dia… Apakah dia menunggu Raisa beranjak dewasa?
Ada apa dengan nada yang genit itu? Apakah dia memiliki perilaku melenceng dengan gadis- gadis yang lebih muda? Mustahil. Rendra tak pernah mengacaukan hidup Raisa sebelum dia tumbuh dewasa!
“Nona Sonia terlihat cantik, dan ibumu juga sangat menyukainya.” Raisa menggigit bibirnya seolah merasa menyesal pada Rendra.
Rendra merasa kesal kali ini dan mendengus sambil berkata, “Apakah kamu ingin saya jatuh cinta pada orang lain?”
Raisa mengulurkan tangan untuk memeluk pinggangnya dengan erat dan berseru dengan cemas, “Tidak.” Meskipun sikap posesifnya yang mendominasi terdengar konyol, dia menolak untuk melihat Rendra menjadi milik orang lain.
Rendra menerima dominasinya dengan gembira saat bibir tipisnya mengecup keningnya. “Oke, saya hanya menyukaimu.” Kesedihan Raisa sebelumnya segera menghilang dengan ucapan tersebut, jadi dia menutup kedua matanya dan meringkuk ke dalam pelukan Rendra. Dia bahkan mengusap dada pria itu seperti seorang anak kecil, yang mendambakan kesejukan dari tubuhnya.
Rendra pun terangsang oleh tindakan Raisa yang tiba–tiba. Dia lalu mengangkat dagu Raisa yang halus dan mencium bibir merah mudanya untuk mencari kenyamanan karena sangat merindukannya.
“Mmph…” Mata Raisa yang indah tampak melebar sedikit, karena sarafnya ditantang tak seperti sebelumnya.
Ya Ampun!
Mereka sedang berada di rumah pria itu, dan semua tetua, termasuk teman kencan butanya, ada
di sana.
Namun, disinilah mereka.
Raisa mau tak mau berusaha untuk mendorongnya, tetapi pria itu tidak mau membiarkannya pergi. Dia malah semakin memperdalam ciuman, sambil menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Raisa, membiarkan hadis itu mengambil semua napasnya.
Bulu mata
isa yang panjang tampak bergetar, dan pikirannya menjadi kosong dan linglung. Selain merasakan ciumannya yang berapi–api, pikirannya jua tak lagi bisa memikirkan hal lainnya.
Ketika Raisa sudah dibebaskan, kakinya terasa sangat lemah sehingga dia tak bisa lagi berdiri dengan tegak. Dia hanya bisa memegangi baju pria itu dengan erat, bersandar di lengannya dan terengah– engah sambil tersipu malu seperti apel merah, dia merasakan jantungnya seolah akan melompat keluar dari dalam dadanya. NôvelDrama.Org holds text © rights.
“Apakah kamu merasakan cinta saya?” pria itu bertanya dengan suara rendah dan sebuah
senyuman.
Bisakah Raisa mengatakan tidak? Jika dia mengatakan seperti itu, maka Rendra pasti akan menciumnya lagi sampai dia merasa pusing, jadi dengan malu–malu gadis itu bergumam untuk menyatakan bahwa dia bisa merasakannya.