Bab 2064
Bab 2064
Bab 2064 Trik yang Lebih Kejam
Tempat tinggal Dewi sangat jauh dari bandara, jadi dia harus mengemudi dengan cepat, kalau mengebut, baru bisa mencapai bandara dalam waktu setengah jam.
Kalau tidak, entah apa yang akan dilakukan Denny, si Gila itu ….
Dia merasa sedih saat teringat panti asuhan yang meledak.
Saat Brandon menelepon, dia sedang menghindari sebuah truk dan memasuki tol. Dia baru menelepon kembali setelah semuanya terkendali.
“Halo?”
“Kamu di mana?”
Suasana di tempat Brandon sangat ribut, ada suara tangisan anak–anak di sana.
“Aku di bandara, bagaimana dengan panti asuhan? Ada berapa korban?”
Dewi merasa sedih.
“Yang meledak adalah tempat parkir di dekat panti asuhan, bukan panti asuhan. Ada beberapa anak yang terkejut dan jatuh dari ranjang bertingkat, hal lainnya masih bisa dikatakan baik–baik saja….”
“Tempat parkir?” Dewi tertegun, “Yang penting anak–anak baik–baik saja.”
Dia menghela napas lega, sepertinya Denny masih berbelas kasih, tidak benar–benra menyerang anak–anak.
Namun, kalau tidak tiba di bandara tepat waktu, takutnya nanti dia akan bertindak lebih kejam.
“Kamu di mana? Cepatlah ke sini.” Brandon sangat panik, “Denny pasti ingin menggunakan keselamatan anak–anak untuk mengancammu….”
Telepon itu terputus sebelum kata–katanya selesai.
Dewi tidak memedulikannya karena mengira Brandon terlalu sibuk, maka tidak sengaja mematikan panggilan itu atau dikarenakan sinyal yang jelek.
Dia menggendong ransel, mengambil ponsel, lalu segera berlari ke arah bandara.
Namun, sosok Denny tidak terlihat dalam pengunjung bandara yang berlalu–lalang.
Saat merasa bingung, tiba–tiba ada aura dingin yang mendekat dari belakangnya dan dia segera berbalik …..
Seorang wanita yang memakai pakaian serba hitam, topi cap dan masker berdiri di belakangnya,
mata sipit wanita itu menatap dingin ke arahnya.
Dewi menyipitkan matanya dan beradu pandang dengan wanita itu, “Kamu?”
Pembunuh yang menyamar sebagai dokter yang dia jumpai di rumah sakit terakhir kali, rekan Denny.
“Pengamatan yang hebat!” Pembunuh wanita itu tersenyum dingin, “Tiketmu sudah dibeli, ayo!”
Lalu, dia membawa Dewi mengurus prosedur keberangkatan. Têxt © NôvelDrama.Org.
“Mana Denny?” Dewi merasa ada yang tidak benar, “Dia tidak di bandara?”
“Apa penting? Aku saja sudah cukup.” Pembunuh wanita itu mendorong Dewi. “Cepat urus prosedurnya.”
“Ada yang salah ….” Dewi menatap curiga padanya, “Apa kalian berencana mengecohku?”
Pembunuh wanita itu mengalihkan tatapan matanya sekilas dan Dewi segera mengerti, “Ternyata, tujuan kalian adalah ….”
Ekspresi wajah Dewi langsung berubah dan segera berlari ke tempat parkir.
Pembunuh wanita itu segera mengejar dari belakang.
Mereka berlari hingga tempat parkir, lalu pembunuh wanita itu menembak ke samping kaki Dewi, “Berhenti!”
Saat Dewi akan menyerang, sekelompok orang tiba–tiba menyerbu keluar dan berkelahi dengan pembunuh wanita itu ….
Saat Dewi memerhatikan, itu adalah Sonny, ternyata mereka tidak pergi.
Dia bergegas menaiki mobil sebelum sempat berpikir banyak ….
“Nona Dewi!”
Sonny memanggilnya, tapi Dewi tidak menoleh dan terus mengemudikan mobilnya dengan
cepat.
Sonny dan anak buah segera menangkap pembunuh wanita itu dan membuatnya pingsan, lalu menyuruh pengawal membawanya. Di saat yang sama, Sonny membawa dua anak buahnya dan pergi mengejar Dewi.
“Kak Sonny, Kak Jeff dan yang lainnya masih belum tiba, apa kita tidak akan kekurangan orang?”
“Kejar dulu, nanti baru dibahas lagi.”
“Baik.”
Dewi mengemudikan mobilnya ke arah panti asuhan sambil menelepon Brandon, tapi telepon itu tidak tersambung.
Lalu, dia menelepon petugas panti asuhan, juga tidak tersambung.
Dia sangat panik dan menginjak pedal gas dengan kuat, bahkan hampir membuat mobil itu terbang ….
Dewi merasakan firasat buruk, dia berspekulasi apakah Denny akan membalasnya dengan menggunakan cara yang lebih kejam ….
Saat sedang berpikir sembarangan, ada sebuah panggilan masuk, itu adalah Willy, Dewi segera mengangkatnya, “Willy!”
“Dewi, apa terjadi sesuatu?”
“Mungkin telah terjadi sesuatu di panti asuhan. Willy, aku sedang bergegas ke sana, bisakah kamu
….”
“Aku segera mengutus orang ke sana.”