Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2131



Bab 2131

Bab 2131 Bergabung Menjadi Satu

Lorenzo melihat sikap ramah Dewi ketika berbicara dengan para pelayan, bibirnya sedikit melengkung.

Dia suka melihatnya berintegrasi masuk ke dalam hidupnya, suka melihat tampangnya yang hidup dan berisik di rumah ini…..

“Aku naik dulu.”

“Pergilah.”

Dewi menyeret mantel yang besar itu naik, tapi karena kakinya terluka, dia berjalan agak lambat.

Lorenzo sudah menaiki tangga, sengaja memperlambat langkah kakinya untuk menunggu Dewi.

Tapi, dia masih tidak bisa mengejarnya.

Dia mengerutkan kening, berhenti dan mengulurkan tangan padanya

Dewi mengatupkan mulutnya dan memelototinya, tapi masih mengejarnya dan meletakkan tangan kecilnya di telapak tangannya yang besar, kemudian dengan sedikit kekuatan, dia menggendongnya.

Mantel besar di tubuhnya tergelincir ke atas tangga, tapi dia tidak menghentikan langkah kakinya. Dia memeluknya menaiki tangga dan berjalan menuju kamar

“Kamu belum menjelaskannya.”

Melihat wajahnya yang tampan, hati Dewi sedikit tergerak, tapi dia tetap mengingatkan dirinya. untuk mempertahankan kerasionalannya. Content © copyrighted by NôvelDrama.Org.

Kali ini, dia harus mencari tahu apa yang terjadi antara dia dan Juliana.

Lorenzo mengabaikannya dan tidak menjawabnya secara langsung, dia menggendongnya kembali ke kamar, menendang pintu kamar mandi dan melemparkannya langsung ke dalam bak air rendam yang sudah disiapkan…

“Byur.”

Percikan air terlempar ke mana–mana.

Dewi merangkak bangun dengan menyedihkan, berbaring di tepi bak mandi sambil terengah- engaly

Lorenzo meliriknya dan membuka kancing bajunya sendiri.

“Lorenzo, kamu bajingan!”

Dewi tersadar, ia menepuk air dalam bak mandi dan mengumpat dengan marah.

“Kalau aku bajingan, kamu apa?”

Lorenzo membuang kemeja yang telah dilepasnya ke samping, lalu mulai melepas celananya.

“Kamu ….” Dewi baru saja hendak memarahinya, tapi ketika dia melihatnya melepas celananya, dia terkejut dan tercengang, “Apa yang kamu lakukan?”

“Menurutmu apa?” Lorenzo melepas celananya dan langsung berjalan masuk ke dalam bak mandi.

“Ah….” Dewi menutupi matanya dan membalikkan badannya, “Kamu, kamu, jangan mendekat ke sini, ugh….”

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata–katanya, Lorenzo sudah meraih bagian belakang kepalanya, kemudian bibirnya yang halus seperti bunga, dicium dengan ganas olehnya….

Matanya membelalak keheranan, dan ketika dia mau melawan, dia ditekan ke tepi bak mandi, kedua tangannya digenggam olehnya dan diangkat di atas kepalanya….

Ciuman intens menyapunya seperti badai, membuatnya bingung harus berbuat apa.

Dewi lupa melawan, dan tidak tahu bagaimana menolaknya. Tubuh mungilnya gemetar di pelukannya, membiarkan antusiasmenya yang liar menyapu dirinya

Suhu di kamar mandi berangsur–angsur menjadi panas, kedua orang yang sudah lama tidak bertemu, tidak bisa lagi menekan kerinduan yang melanda, mereka terjalin dengan erat.

Pada saat dia hendak menembus pertahanan terakhir, Lorenzo memegangi wajahnya dan bertanya dengan terengah–engah, “Apa kamu takut?”

Tubuh kecil Dewi bergetar, matanya yang besar dan jernih penuh dengan kepanikan, tapi kedua tangannya memeluk pinggangnya, menariknya ke arahnya..

“Akan sakit, tahan sedikit ya.”

Lorenzo menyerbu masuk sambil menggigit telinganya, seperti binatang buas menggerogoti dirinya.

Seluruh tubuh Dewi melengkung kesakitan, air mata mengalir di pipinya, dia menggigit bahunya dengan keras dan memeluk pinggangnya erat–erat dengan tangannya, kukunya sudah hampir menusuk masuk ke kulitnya

Lorenzo sangat puas dengan reaksinya, menciumnya dan bergerak secara perlahan.

Pada saat ini, keduanya akhirnya menjadi satu sepenuhnya, tidak ada lagi penghalang …..

Dewi pernah berfantasi tentang hari ini, dia mengira bahwa dia akan meronta, merasa takut dan menolak, tapi sampai saat itu, dia baru tahu ternyata di hadapan pria yang dicintainya, dia juga

bersedia….

Lorenzo merasakan kemurnian dan kepolosannya, dan tidak bisa menahan perasaan kasihan padanya, dia tidak berani terlalu lancang atau terlalu keras, ia pun memperlakukannya dengan lembut.

Kepingan salju melayang di luar jendela, seolah–olah sedang menari untuk cinta yang indah ini

Setelah sekian lama, Dewi meringkuk dalam pelukan Lorenzo dengan lelah, perlahan–lahan tertidur, seperti anak kucing yang lembut, membuat orang ingin melindunginya…


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.