Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2133



Bab 2133

Bab 2133 Terjadi Sesuatu

Tiba–tiba, Dewi terbangun karena mimpi buruknya, dia secara tidak langsung menggigil dan berusaha untuk bangun dengan panik.

“Ada apa?” Lorenzo memeluknya, tidak membiarkannya bergerak.

“Sepertinya terjadi sesuatu pada Willy.” Dewi berseru tanpa sadar, “Mina tadi memberitahuku

“Diam!!” Lorenzo berteriak dengan tidak senang, memegangi wajah kecilnya dan memerintahkan, “Kamu sekarang sedang berada di sisiku, tidak boleh memikirkan pria lain.”

“Bukan, aku….”

Dewi masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Lorenzo langsung menciumnya, ingin menghukumnya dengan cara ini.

“Ugh, ugh….” Dewi meronta dengan panik, tapi Lorenzo tidak bersedia melepaskannya. Pada saat ini, terdengar suara ketukan yang mendesak di pintu, “Tuan, ada sesuatu yang mendesak untuk dilaporkan.”

Jasper mempertaruhkan nyawanya untuk melaporkan berita itu.

Keningnya masih berkeringat.

Dewi memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorong Lorenzo menjauh, dan memelototinya dengan marah, “Sudah empat kali, tubuhku sudah hampir hancur, kamu masih mau?”

“Aku akan melepaskanmu kali ini.” Lorenzo menggigit cuping telinganya, berbalik dan bangun dari ranjang, “Tetap di kamar dan jangan sembarang pergi.”

Dia mandi, berganti pakaian dan pergi dengan tergesa–gesa …

Dewi membuat wajah konyol ke arah punggungnya, kemudian bangun dari ranjang dan pergi

mandi.

Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan jejak yang ditinggalkan olehnya, juga ada sedikit rasa sakit, seolah–olah tubuhnya sudah dibongkar dan dipasang kembali, seluruh tubuhnya terasa sakit….

Tapi, memikirkan keintiman mereka berdua saat menyatu menjadi satu, dia langsung tersipu lagi.

Mendengar suara di luar, dia mengira Lorenzo yang kembali, jadi dia buru–buru menjulurkan kepalanya dan melihat keluar, tapi ternyata itu Nola dan dua pelayan wanita yang masuk untuk

beres–beres.

Melihatnya sedang mengintip, Nola menjelaskan sambil tersenyum, “Tuan meminta kami masuk beres–beres, Nona Dewi lanjutkan saja mandinya, setelah selesai mandi, kami pasti sudah selesai

beres–beres.”

Dewi tersipu malu dan buru–buru mundur kembali untuk melanjutkan mandinya.

Segera, tidak ada suara lagi di luar, dan Nora berkata dari luar kamar mandi, “Nona Dewi, kami sudah selesai beres–beres, pakaianmu kami letakkan di atas sofa, setelah berganti pakaian, Nona bisa istirahat dulu sebentar. Kami akan segera mengantarkan makan malam.”

“Baik, terima kasih Bibi Nola.”

Dewi merasa sedikit malu dan menunggu Nola pergi, baru keluar dengan dibalut handuk mandi.

Benar saja, kamarnya sudah dibereskan dengan sangat bersih, seprai dan sarung bantal semua sudah diganti, dan ada satu set pakaian rumah yang nyaman di sofa, pakaiannya sesuai dengan ukuran Dewi.

Di sebelahnya ada ransel Dewi.

Dewi mengenakan pakaiannya, mengeluarkan ponselnya dari ranselnya dan menelepon Willy. Benar, nomornya tidak aktif.

Dia langsung menelepon Robin, teleponnya berdering cukup lama baru diangkat….

“Nona Dewi!”

“Robin, mana Willy? Kenapa nomornya tidak bisa dihubungi?”

“Pangeran sedang tidak enak badan, sedang istirahat….

“Sudah lebih dari dua puluh jam berlalu sejak kita pergi, apa dia akan beristirahat begitu lama?” Dewi bertanya dengan panik, “Apa sesuatu terjadi dengannya?”

“Sungguh tidak ada apa–apa….”

“Robin.”

“Maaf, Nona Dewi, lukaku sakit lagi, jadi aku akhiri dulu ya teleponnya.”

Robin langsung menutup telepon, dia tahu bahwa dia tidak bisa menipu Dewi, dia juga tidak tahu harus bagaimana menipunya, jadi dia tidak punya pilihan selain menolak membicarakan topik

ini.

Dewi mungkin sudah menebak bahwa Willy seharusnya dibawa pergi oleh orang utusan Raja Denmark.

Bagaimanapun juga, dia telah melarikan diri selama semalam dengan membawa rahasia keluarga kerajaan Denmark, Raja Denmark pasti tidak akan membiarkannya begitu saja…..

Saat sedang berpikir, pintu terbuka dan Lorenzo masuk. Melihatnya memegang telepon dan terlihat khawatir, alisnya berkerut, “Kamu begitu peduli padanya?”

“Mereka semua adalah temanku, dan masalah ini berhubungan denganku.” Dewi menjelaskan,

“Kamu datang tepat pada waktunya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.

“Aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu.” Lorenzo berkata dengan ringan, “Ayo makan dulu, habis selesai makan baru kita bicarakan.” Copyright Nôv/el/Dra/ma.Org.

“Kita bicarakan dulu saja, selesai bicara, baru ada suasana hati untuk makan”

Dewi hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.

“Aku khawatir kamu tidak nafsu makan setelah selesai berbicara ….


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.