Ruang Untukmu

Bab 1090



Bab 1090

Bab 1090 Apa Kamu Masih Mau Berkencan dengan Saya

Raisa berencana untuk berbicara dengan Rendra karena dia khawatir kalau Emir akan dimarahi saat mereka turun dari mobil nanti.

“Raisa, kalau kita tak lagi bisa berbelanja, makan di luar, atau menonton film bersama seperti orang lain, apa kamu masih mau berkencan dengan saya?” tanya Rendra dengan suara serak. Matanya yang gelap terpaku pada Raisa.

Raisa terdiam karena dia teringat dengan alasan yang dia pakai untuk menolak Rendra: Rendra tidak bisa pergi berbelanja, menikmati makan di luar atau bahkan menonton film bersamanya. Jadi, Rendra mengabaikan keselamatannya agar dia bisa melakukan semua itu bersama Raisa? Raisa merasa bersalah, khawatir, dan yang terpenting, begitu emosional karena Rendra mempertaruhkan nyawanya demi bersama dirinya.

Tunggu, dia bilang apa? Apakah Raisa mau berkencan dengannya atau tidak kalau Rendra tak lagi bisa melakukan semua itu dengannya? Apa Rendra ingin mengencaninya?

Raisa mengerucutkan bibirnya. “Kalau kamu ingin kita berdua berkencan, tolong perhatikan keselamatanmu. Jangan membuat Emir mengkhawatirkanmu seperti hari ini.”

“Kamu sepertinya sangat peduli dengan apa yang dipikirkan Emir. Apa kamu menyukainya?” Rendra merasa cemburu pada Emir, dan Raisa sudah sering menyebut namanya untuk hari ini. NôvelDrama.Org © 2024.

Raisa ingin memuji Emir karena dia begitu kompeten dalam pekerjaannya, tapi sekarang dia merasa kalau dia memperkeruh situasinya. Jadi, dia langsung menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak. Tolong jangan salah paham tentang semuanya. Saya hanya tidak mau kamu memarahinya.”

“Kenapa kamu begitu mengkhawatirkan dia?” tanya Rendra. Dia semakin merasa cemburu saja.

“Yah, dia sudah bekerja keras untuk memastikan keselamatanmu hari ini. Dia baik dan bertanggung jawab.” Tapi, Raisa merasa kalau dia justru memperkeruh suasana dengan alasan yang dia buat.

Tiba–tiba, dia merasa kalau wajah Rendra semakin dekat dengan wajahnya. Dia sudah duduk menghadap Rendra, jadi kini mereka saling berhadapan. Raisa merasa tidak enak dengan situasi saat ini dan hendak mundur, tapi Rendra bisa menebaknya. Rendra menyandarkan tangannya di punggung Raisa agar Raisa tidak menjauh darinya. Lalu, dia mendekatkan wajah Raisa padanya.

Rendra menciumnya dengan begitu agresif seolah dia sedang menghukum Raisa karena terus menerus membela laki–laki yang bukan dirinya. Mata Raisa bergetar mengenai pipi Rendra saat dia panik. Mereka sedang ada di dalam mobil dengan iring–iringan sepeda motor di samping mobil mereka. Tidak bisakah Rendra sedikit lebih menjaga sikapnya?

Kekhawatiran Raisa tidak beralasan karena mereka sudah melindungi jendela mobil untuk menjaga privasi penumpang, jadi mereka aman dari mata–mata yang suka mengintip. Tapi, Raisa tetap bisa melihat sekeliling mereka dari dalam mobil. Ini membuatnya semakin panik, dan dia berusaha mendorong Rendra menjauh. Tapi, meski begitu, Rendra terus mencium Raisa dengan penuh gairah sampai Raisa mulai berkeringat karena ciuman menggairahkan sekaligus membuatnya tak nyaman.

Oh, Tuhan! Dia pasti menggila. Rendra–lah yang merahasiakan hubungan mereka, tapi di mobil ini, dia menciumnya penuh gairah. Padahal, ada pengawalnya yang duduk di kursi pengemudi.

Raisa mendorong Rendra sekuat tenaga, dan akhirnya, Rendra tidak tega dan melepaskannya. Dia menyandarkan keningnya di kening Raisa, dan Rendra mengusap wajah Raisa. “Jangan menyukai siapa pun selain saya.”

Raisa masih terkejut karena ciuman itu dan menjawab dengan penuh rasa sayang, “Baiklah!”

Saat Rendra mendengar perkataan Raisa, dia tersenyum puas dan menatap jam tangannya. “Saya mengacaukan perayaan ulang tahunmu. Saya akan menggantinya lain kali.”

Itu adalah pertama kalinya Raisa mengalami pengalaman semegah itu, dan dia menaruh hormat pada Rendra. Status sosialnya memang sedemikian rupa sampai mereka mungkin tidak akan bertemu kalau Raisa tidak tumbuh besar di keluarga Hernandar. Raisa menatap seorang para gadis yang melihat dari tepi jalan dan tahu kalau di kehidupan yang lainnya, dia akan jauh dari Rendra seperti mereka sekarang.

Saat memikirkan hal itu, Raisa merasa tidak senang. Hidup memang terkadang aneh.

Sebuah tangan besar mengusap pipi Raisa. Dia mengangkat kepalanya dan menata Rendra, dengan mata penuh air mata.

“Ada apa?” Terkejut dengan perubahan sikap Raisa, Rendra menangkupkan tangannya di wajah Raisa dengan lembut. Raisa menggelengkan kepalanya karena dia tidak bisa menceritakan apa yang dia pikirkan pada Rendra. Selain itu, Raisa sendiri juga tidak tahu kenapa dia menjadi begitu emosional.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.