Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2105



Bab 2105

Bab 2105 Licik

“Apa–apaan ini?” Dewi tidak mengerti maksud Robin, “Aku bisa mengerti alasanmu mengungkapkan identitasku. Karena jika aku hanya tabib biasa, Yang Mulia tidak akan percaya. Tapi, kenapa kamu mengungkit hubunganku dengan Lorenzo?”

“Awalnya aku tidak mengungkitnya, tapi Yang Mulia tahu bahwa Anda adalah Tabib Dewa, maka ingin bertemu dengan Anda. Mau menyuruh Anda menjelaskan sendiri tentang penyelidikan racun itu, menyuruh Anda mengeluarkan bukti, saat bersamaan juga mengutus tabib kerajaan untuk memeriksa hasil penyelidikan Anda.”

“Aku ingat, sebelum Anda datang, Pangeran sudah berulang kali berpesan bahwa tidak peduli apa pun yang terjadi, jangan melibatkan Anda dalam hal ini. Pangeran masih bilang Anda tidak suka bersosialisasi, tidak suka menonjolkan diri, juga semakin tidak suka berinteraksi dengan keluarga kerajaan dan dunia politik.”

“Demi membuat Yang Mulia mengurungkan niat ini, untuk sesaat aku jadi panik, maka mengungkapkan identitas Anda sebagai tunangan Tuan Lorenzo. Aku pikir dengan begitu, Yang Mulia akan bersikap hormat pada Anda, setidaknya tidak akan memeriksa dan menyulitkan Anda.”

Selesai bicara sampai tuntas, Robin terlihat sedikit lemah. Dia mengatur napasnya, lalu lanjut bicara lagi.

“Benar saja. Begitu mendengar bahwa Anda adalah tunangan Tuan Lorenzo, sikap Yang Mulia jadi. berbeda. Meski tetap bilang ingin bertemu dengan Anda, tapi sungguh hanya ingin mengundang Anda datang sebagai tamu, bukan mau menyelidiki atau memeriksa.”

“Saat itu, aku terus mengira bahwa aku melakukan hal yang benar. Tapi, aku sungguh tidak menyangka …. Haiz ….”

Saat ini, Dewi pun mengerti, “Tidak disangka hari ini Lorenzo mengumumkan pertunangannya. dengan Juliana. Jadi, Yang Mulia mengira Anda dan Pangeran Willy membohonginya. Hari ini dia- pun menyuruh Pak Franky tadi untuk menjemputku dan Pangeran ke istana.”

“Benar.” Robin menghela napas panjang, “Aku juga tidak menyangka akan seperti ini. Sekarang. takutnya Yang Mulia bukan hanya tidak akan menyelidiki masalah racun itu, malah sebaliknya akan menghukum Pangeran dan aku karena dianggap berbohong.”

Berbicara sampai di sini, Robin bertanya dengan hati–hati lagi, “Nona Dewi, sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa dengan Anda dan Tuan Lorenzo?”

Dewi tidak bicara, hanya langsung meletakkan kotak medisnya, lalu berbalik dan pergi.

“Nona Dewi, Nona Dewi!”

Robin berteriak beberapa kali, tapi Dewi tetap tidak berhenti. Melihat Dewi buru–buru keluar, tatapan mata Robin langsung berubah.

Dia tahu meski sekarang situasi tidak begitu baik, tapi asalkan Dewi berdiri di pihak mereka, segalanya pasti masih bisa terselamatkan. Content protected by Nôv/el(D)rama.Org.

Dewi buru–buru keluar sebelum mobil pergi. Dia berinisiatif mengatakan mau pergi ke istana bersama Willy.

Willy tertegun, sedangkan Franky segera menyuruhnya naik ke mobil.

Dalam perjalanan, Willy masih membujuk Dewi, “Dewi, ada apa? Bukankah sudah sepakat bahwa aku yang akan menyelesaikan masalah ini sendirian? Kenapa kamu ikut?”

“Aku tidak boleh membiarkanmu menghadapinya sendirian.” Dewi sangat tegas, “Akulah yang memeriksa masalah racun itu. Tidak masalah kalau Yang Mulia mau bertemu denganku. Bicara langsung tentang masalahnya juga bagus. Jangan sampai membuat orang tua ini selalu ingin bertemu denganku.”

“Uhuk, uhuk …” Mendengar hal ini, Franky terbatuk–batuk karena panik, “Nona Dewi, sesampainya di istana, Anda tidak boleh berbicara seperti itu pada Yang Mulia.”

“Kalau begitu, harus bicara bagaimana?” Dewi balik bertanya, “Aku bukan penjahat, mungkinkah aku harus berbicara dengan merendahkan diri dan memohon padanya?”

“Ini….”

“Sudah, sudah.” Willy buru–buru menengahi, “Pak Franky, sejak dulu Dewi memang terlihat bersikap semaunya. Tapi, dia adalah orang yang tahu sopan santun dan terdidik. Dia sangat menghormati orang tua, apalagi Yang Mulia adalah kakekku. Dewi pasti tahu batasan.”

Mendengar perkataan Willy, Franky pun tidak banyak bicara lagi.

Perkataan Willy ini sangat cerdas, bukan hanya melindungi Dewi, tapi juga menengahi keadaan.

Dewi juga tidak bicara lagi, dia melihat ke luar jendela sambil memikirkan Lorenzo. Hatinya sangat panik, dia hanya ingin secepatnya menyelesaikan masalah di sini, lalu terbang ke Kota Snowy untuk mencari Lorenzo dan menanyakan masalah dengan jelas.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.