Bab 2106
Bab 2106
Bab 2106 Tuntutan Semakin Tinggi Terhadap Orang Yang Dicintai
Di sisi lain, baru saja mengetahui bahwa Dewi pergi ke istana bersama Willy, Lorenzo pun emosi hingga membanting ponselnya, “Dasar wanita bodoh!!!!!”
Lorenzo sudah mengancamnya dengan minta putus, tapi dia tidak bisa berkompromi, bahkan masih melindungi Willy. Otak wanita ini benar–benar tidak bisa berpikir, juga sama sekali tidak mencintai dirinya. Orang yang dia cintai seharusnya Willy, ‘kan??
Semakin memikirkannya, Lorenzo semakin marah.
“Tuan, jangan marah.” Jasper menghibur dengan hati–hati, “Menurutku, Nona Dewi hanya terlalu baik hati dan terlalu polos, jadi dia tertipu oleh Pangeran Willy. Dia pasti akan segera mengetahui kebenarannya.”
“Itu namanya bukan polos, melainkan bodoh!!!” Emosi Lorenzo benar–benar hampir meledak, “Kali ini aku pasti akan memberinya pelajaran, membuatnya belajar bahwa dunia ini begitu. jahat!!!” Copyright Nôv/el/Dra/ma.Org.
“Tapi….” Jasper ingin bicara, tetapi berhenti.
“Kamu mau bilang apa?” Lorenzo mengetahui maksud Jasper, “Menurutmu, aku terlalu kejam. pada Willy?”
“Dilihat dari segi keuntungan, kalau Pangeran Willy bisa naik takhta, itu hanya akan membawa keuntungan bagi kita. Bagaimanapun juga, dia adalah rekan bisnis kita. Begitu dia menjadi raja, kelak juga akan menjadi pendukung kita.”
“Kalau membiarkan beberapa sepupunya itu menjadi raja, kita pun akan kehilangan pendukung. Sekarang kita baru membuka pasar di Eropa, masih memerlukan banyak pendukung seperti ini, sehingga kelak bisa menstabilkan posisi.”
Berbicara sampai di sini, Jasper berhenti, lalu melihat Lorenzo dengan hati–hati, takut dia marah.
“Lanjutkan.” Lorenzo membuat sebuah gerakan tangan.
“Aku tahu Anda marah, karena Pangeran Willy memanfaatkan Nona Dewi, juga meminjam status Anda untuk mencapai target. Jadi, sekarang Anda membalasnya seperti ini untuk memberinya pelajaran.”
“Aku bisa mengerti hal ini. Tapi, aku merasa tidak ada untungnya kita menjatuhkan Pangeran Willy. Bukan hanya membuat kita kehilangan satu pendukung, tapi juga membuat Nona Dewi….”
“Maksudmu, Dewi akan ribut denganku karena masalah Willy?” Reaksi Lorenzo sangat besar, “Aku sudah berbuat seperti ini, apa wanita bodoh itu sungguh masih belum mengerti masalah yang terjadi?”
“Berdasarkan kecerdasan Nona Dewi, malam ini dia pasti bisa mengerti. Tapi … Jasper berpikir
sebentar, lalu bicara dengan suara kecil, “Tuan mengabaikan satu hal, bahwa Nona Dewi adalah seorang tabib!”
“Memangnya kenapa kalau dia seorang tabib?” Lorenzo sungguh tidak mengerti.
“Sebagai seorang tabib, di dalam dirinya, ada jiwa keadilan yang tak bisa tahan melihat kejahatan.” Jasper menjelaskan, “Orang–orang itu sungguh menindas Pangeran Willy, juga meracuni Pangeran Willy dan orang–orang di dalam kastel, ‘kan?”
“Sekarang Nona Dewi sudah terjebak di Denmark, pasti akan bertanggung jawab sampai akhir terhadap orang–orang di dalam kastel itu. Meskipun tahu bahwa Pangeran Willy memanfaatkannya, takutnya Nona Dewi juga akan berusaha memahaminya. Bagaimanapun juga, Pangeran Willy menanggung dendam dari orang–orang yang sudah meninggal dan puluhan nyawa lainnya.”
“Demi tanggung jawab dan nyawa–nyawa itu, memangnya kenapa jika memanfaatkan hubungan pertemanannya? Intinya, Nona Dewi tidak akan mengalami kerugian. Mungkin dia akan kecewa pada Pangeran Willy karena hal ini, tapi pasti tidak akan berpaling begitu saja.”
“Sebaliknya kalau Anda mau menghancurkan Pangeran Willy, itu berarti membunuhnya serta SO–an nyawa yang ada di dalam kastel itu! Dilihat dari segi moralitas, menurut Anda, mana yang lebih berat?”
Mendengar perkataan ini, Lorenzo pun berpikir dalam–dalam. Analisis Jasper memang benar, tapi dia tetap tidak terima, “Mungkinkah posisiku di hatinya kalah dari Willy?”
“Bukan, Nona Dewi adalah orang yang melakukan hal sesuai keinginannya sendiri, tidak bisa berpura– pura. Perasaannya pada Anda adalah kenyataan. Terhadap Pangeran Willy, sebagian besar itu hanya simpati dan rasa pertemanan.”
“Tapi, karena hal itu, semakin mencintai seseorang, tuntutannya terhadap orang tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, terhadap teman biasa, harapannya sangat rendah….”
Jasper langsung bicara sampai selesai, lalu menasihati dengan hati–hati, “Bukankah Anda pernah bilang? Malam ini Pangeran Willy pasti akan menelepon Anda untuk memohon. Menurutku, Anda bisa mempertimbangkannya lagi, apa mau memberinya kesempatan satu kali lagi.”